Kota Cerdas Jadi Solusi Dampak Buruk Mobilitas Tinggi Perkotaan ASEAN

- 9 Agustus 2023, 16:10 WIB
Pengamat perkotaan sekaligus Dosen Kajian Pengembangan Perkotaan SKSG Universitas Indonesia, Lin Yola dalam diskusi bertajuk “Kota Cerdas ASEAN, Tingkatkan Kualitas Hidup” yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) di Jakarta, Selasa, (8/8/2023).
Pengamat perkotaan sekaligus Dosen Kajian Pengembangan Perkotaan SKSG Universitas Indonesia, Lin Yola dalam diskusi bertajuk “Kota Cerdas ASEAN, Tingkatkan Kualitas Hidup” yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) di Jakarta, Selasa, (8/8/2023). /

DEPOKDAILY.COM - Pengamat perkotaan sekaligus Dosen Kajian Pengembangan Perkotaan SKSG Universitas Indonesia, Lin Yola menilai Kota Cerdas atau Smart City dapat menjadi solusi terhadap dampak-dampak buruk yang muncul akibat urbanisasi dan mobilitas tinggi di kota-kota besar ASEAN, khususnya Jakarta.

Dia mengatakan, bahwa ASEAN memiliki karakter khusus belakangan ini, salah satunya meningkatnya jumlah urbanisasi di kota-kota utama seperti Jakarta (Indonesia), Bangkok (Thailand), Manila (Filipina), Hanoi (Vietnam), dan lainnya. Meski tak dipungkiri, urbanisasi juga membawa dampak positif, yakni pertumbuhan ekonomi yang juga meningkat.

“Urbanisasi yang tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya yang memang sudah mencapai 80% di Amerika Serikat, 70% di Eropa. Asia sudah naik ke tingkat 50%-60% di 2025. Dan kota-kota besar di ASEAN sudah berkembang dengan pesat,” ujar Lin dalam diskusi bertajuk “Kota Cerdas ASEAN, Tingkatkan Kualitas Hidup” yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) di Jakarta, Selasa, (8/8/2023).

Lin mengungkapkan, salah satu dampak buruk yang ditimbulkan dari pesatnya urbanisasi perkotaan adalah lingkungan. Mulai dari pencemaran udara, sampah, dan lain-lain.

Karenanya, di tengah pesatnya urbanisasi, percepatan teknologi juga diperlukan. Lin melihat kehadiran teknologi menjadi suatu kebutuhan untuk menopang urbanisasi.

“Pemanfaatan teknologi sebagai penyeimbang dan solusi dari dampak proses urbanisasi yang tinggi pada kota-kota ASEAN  ini, sangat diperlukan”

Lin melanjutkan, konsep smart city yang diusung Jakarta selama ini sebetulnya telah dikenal sejak tahun 1970-an di Amerika Serikat (AS). Konsep ini kemudian berkembang pada 1980-an dan makin diadopsi di negara-negara lain pada dekade 2000-an.

Pada awal kelahirannya, konsep smart city lebih bertumpu pada penerapan good governance, khususnya tentang penguatan komunikasi antara pemerintah terhadap masyarakatnya melalui platform yang lebih modern.

Namun seiring waktu dan perkembangan sosial kemasyarakatan yang terjadi, konsep smart city pun berkembang lebih luas. Smart city saat ini bukan hanya membicarakan target peningkatan kualitas hidup masyarakat, tetapi lebih jauh lagi yakni mengatasi dampak lingkungan yang dihasilkan dari tingginya aktivitas dan mobilitas masyarakat perkotaan.

Halaman:

Editor: Iman Firmansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah